I. BAHASA
Agama Budha barasal dari kerajaan kosala kapilawatsu dan peninggalan – peninggalan jaman Budha ada di sekitar India dan Nepa, pada jaman itu saat sang Budha menyampaikan ajarannya di daerah itu mengunakan bahasa Pali dan Sansekerta.
Sansekerta merupakan salah satu bahasa tertua di India bahasa ini di gunakan sansekerta veda pada tahun 1500 SM, namun di duga sansekerta berumur lebih tua mengingat sebelumnya tradisi menulis belum berkembang sehingga sulit untuk memastikan bahasa kuno ini,bahasa Indonesia di kenal sebagai bahasa indo – arya yaitu sebuah cabang besar dan beragam dari keluarga bahasa indo -eropa dengan sansekera paling berpengaruh dan terkenal,kata sansekerta di terjemahkan dalam beberapa arti berbeda seperti (lengkap,sempurna dan menarik bersama-sama) asal dari bahasa sansekerta berasal pada dialek lisan yang kemudian di organisasi sehingga menjadi bentuk yang lebih moderen sekitar tahun 500 SM selain itu sansekerta adalah bahasa klasik dari india kuno yang lazim di gunakan oleh semua anggota masyarkat kelas tinggi dan berbudaya, salah satu contoh bahasa sansektra yaitu “Dosa”.
Bahasa pali merupakan sebuah bahasa indo – arya dan merupakan sebuah bahasa partnernya atau perakit kata palii sendiri artinya adalah baris atau garis arau teks (konanik) dan sekarang di golongkan dalam bahasa sastra,sementara tidaklah pasti apakah bahasa palu di gunakan dalam bahasa sehari hari, kosakata pali berakar dari bahasa sansekerta namun dengan makna yang sedikit berbeda di sesuaikan dengan ajaran budha,kosakata yang serupa anatara sansekerta dan bahasa palu justru menunjukkan perlawannan kata,contohnya kalangan budha tidak menyuka adanya jiwa atau sifat esensial pada suatu benda, sehingga di gunakan istilah “dhamma” untuk merefleksikan hal tersebut ( dalama bahas sansekerta bearti dharma ) bahasa palu sering di pandang sebagai bahasa suci melebihi bahasa sansekerta,karna sang budha di perkiakan mengunakan bahasa bahasa palu sewaktu menyampaikan ajarannya.
Jadi pada saat ini dua bahasa tersebut tetap di pakai namun dengan seiring dengan berjalannya waktu agam itu berkembang ke daerah – daerah tertentu yang mana di dalam agama budha mengikuti adat budaya dan bahasa daerah tersebut yang artinya di dalam agama budha mau pakai bahasa apapun tidak masalah, akan tetapi lebih banyak dan dominan memakai bahasa palii dan sansekerta.bukan karna bahasa pali dan sansekerta itu bahsa yang suci yang penting arti dari bahasa palu itu apa dan dalam bahasa sansekerta itu apa.
Dalam agama budha tahu atau hafal doa dalam agama budha tetapi tidak tahu arti bahasa indonesianya percuma ,jadi mau pakai bahasa jawa ,indonesia ,madura tidak masalah yang penting tahu artiny namun dalam ritual tata caranya mereka memakai bahasa tertentu, misalnya pali dan sansekerta,salah satu contoh bahasa sansekerta dan pali saat beribadah( namo sang yang adi budhaya ) yang artinya terpujilah Tuhan Yang Maha Esa.
Dalam agama budha tahu atau hafal doa dalam agama budha tetapi tidak tahu arti bahasa indonesianya percuma ,jadi mau pakai bahasa jawa ,indonesia ,madura tidak masalah yang penting tahu artiny namun dalam ritual tata caranya mereka memakai bahasa tertentu, misalnya pali dan sansekerta,salah satu contoh bahasa sansekerta dan pali saat beribadah( namo sang yang adi budhaya ) yang artinya terpujilah Tuhan Yang Maha Esa.
II. SISTEM PENGETAHUAN
Masyarakat Mojokerto tergolong pada masyarakat yang pada jaman modern ini masih menghormati kebudayaan dan melestarikannya. Kebudayaan Majapahit yang hingga saat ini ada dan menjadi salah satu objek wisata dan cagar budaya yang berada di Mojokerto. Wisata religi umat Budha merupakan lokasi yang biasa menjadi pilihan saat mengunjungi Kabupaten Mojokerto.
Sistem pengetahuan bagi masyarakat Mojokerto khususnya kecamatan Trowulan, masyarakat sekitar memiliki pendidikan yang standard sama seperti daerah lain. Hanya saja ketika kita menyinggung kebudayaan Budha dalam sistem pengetahuannya berbeda dengan masyarakat Madura yang mayoritas beragama Islam. Ketika di Madura masyarakat yang beragama islam melakukan pendidikan sekolah madrasah dan mengaji di “Langgar”, masyarakat Budha tidak miliki rutinitas semacam itu. Tetapi ketika seseorang menginginkan menjadi seorang biksu.
Memiliki berbagai macam kebudayaan terutama pada kebudayaan Majapahit menjadi hal positif bagi masyarakat sekitar. Kerajaan Majapahit dulu berada di Mojokerto tanpa membawa identitas agama, bahasa atau ras, rombongan Kerajaan Majapahit datang ke Indonesia khususnya di wilayah Mojokerto untuk mempererat dan menyatukan Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagaisuku, agama dan bahasa serta kebudayaan.
Tidak semua kecamatan yang ada di Mojokerto memiliki wisata dan cagar budaya Budha disetiap wilayahnya. Dari ke 19 kecamatan yang ada di Kota Mojokerto, hanya satu kecamatan yang memiliki wisata dan cagar budaya ini, yaitu Kecamatan Trowulan. Berada pada wilayah perbatasan dan berada pada paling barat Mojokerto dan hampir berada pada wilayah timur Jombang.Trowulan di katakan sebagai Kompleks Peninggalan Kerajaan Majapahit. Terlihat ketika sudah masuk wilayah trowulan kita akan dijumpai dengan adanya nuansa Budha dengan bangunan bangunan disepanjangj alan menuju lokasi cagar budaya seperti pada wisata religi Patung Budha Tidur. Memberikan nuansa candi ini dilakukan oleh pemerintah kota Mojokerto bekerjasama dengan masyarakat Trowulan.
Dalam tingkat formal, budaya merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pada tingkatan informal, budaya banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai, dan dilakukan tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
Padatingkat teknis, bukti-bukti dana turan-aturan merupakan hal yang paling penting. Sehingga terdapat penjelasan logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan.Keberadaanbenda-benda masa lampau yang kini dikonsepkan sebagai benda cagar budaya dapat menunjukkan pada kita dan pada generasi mendatang tentang beragam informasi yang terjadi pada masa lampau. Benda cagar budaya tidak dibiarkan menjadi benda mati belaka, tetapi dirawat dan dipelihara beserta lingkungannya sehingga memiliki daya tarik dan nilai jual.
Menyingkapi terjadinya kerusakan situs cagar budaya melalui kesadaran lokal, maka yang harus dilakukan pemerintah memberikan penyuluhan secara berkesinambungan memberikan pelatihan dan ketarampilan terhadap pengembangan usaha pahat patung dalam meningkatkan dan sekaligus ikut dalam mempromosikan cagar budaya di masyarakat luar daerah bahkan manca negara. Mengadakan pendekatan sosial melalui peran tokoh masyarakat dalam ikut menanamkan kesadara masyarakat dalam melestarikan cagar budaya, Serta perlunya penegakan supremasi hukum terhadap siapapun yang melanggar dan merusak cagar budaya yang menjadi aset daerah. Di dalamkerangkakesejarahan, kitamemandangmanusiahidupdalamduadimensi, yaknisebagaipasiendanpelakusejarah.Keberadaan museum Trowulanbagiaspekpendidikanmemberikankontribusi yang sangatbesar. Di dalam museum TrowulanterdapatberbagaipeninggalanMajapahitdanbukti-buktikebesaranMajapahit. Museum ini dapat memberikan pengetahuan dari peninggalan-peninggalan yang ada. Masyarakat dan khususnya para pelajar dapat mempelajari peninggalan-peninggalan di museum untuk di kembangkan dan merekonstruksi kehidupan. Majapahit pada masa lalu. Sehingga dapat di ketahui corak pemerintahan, kehidupan social dan budaya Majapahit. Majapahit merupakan kerajaaan terbesar di Nusantara dan wilayahnya hampir seluruh wilayah Negara kita dan mencakup negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan lain-lain. Kejayaan Majapahit memberikan kebanggaan bagi kita dan memberikan semangat untuk menjadi bangsa yang besar. Hal ini memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan bahwa negara kita dahulu merupakan Negara yang besar yang memiliki kekuasaan yang luas.Selain itu Museum Trowulan harus terus dilestarikan memiliki nilaisejarah yang tinggi terutama sejarah Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Nusantara. Museum Trowulan memberikan nilai-nilai edukatif yang sangat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa agar mengetahui kebesaran Majapahit. Dengan demikian keberadaan museum Trowulan harus di jaga bersama untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya.
Sistem pengetahuan bagi masyarakat Mojokerto khususnya kecamatan Trowulan, masyarakat sekitar memiliki pendidikan yang standard sama seperti daerah lain. Hanya saja ketika kita menyinggung kebudayaan Budha dalam sistem pengetahuannya berbeda dengan masyarakat Madura yang mayoritas beragama Islam. Ketika di Madura masyarakat yang beragama islam melakukan pendidikan sekolah madrasah dan mengaji di “Langgar”, masyarakat Budha tidak miliki rutinitas semacam itu. Tetapi ketika seseorang menginginkan menjadi seorang biksu.
Memiliki berbagai macam kebudayaan terutama pada kebudayaan Majapahit menjadi hal positif bagi masyarakat sekitar. Kerajaan Majapahit dulu berada di Mojokerto tanpa membawa identitas agama, bahasa atau ras, rombongan Kerajaan Majapahit datang ke Indonesia khususnya di wilayah Mojokerto untuk mempererat dan menyatukan Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagaisuku, agama dan bahasa serta kebudayaan.
Tidak semua kecamatan yang ada di Mojokerto memiliki wisata dan cagar budaya Budha disetiap wilayahnya. Dari ke 19 kecamatan yang ada di Kota Mojokerto, hanya satu kecamatan yang memiliki wisata dan cagar budaya ini, yaitu Kecamatan Trowulan. Berada pada wilayah perbatasan dan berada pada paling barat Mojokerto dan hampir berada pada wilayah timur Jombang.Trowulan di katakan sebagai Kompleks Peninggalan Kerajaan Majapahit. Terlihat ketika sudah masuk wilayah trowulan kita akan dijumpai dengan adanya nuansa Budha dengan bangunan bangunan disepanjangj alan menuju lokasi cagar budaya seperti pada wisata religi Patung Budha Tidur. Memberikan nuansa candi ini dilakukan oleh pemerintah kota Mojokerto bekerjasama dengan masyarakat Trowulan.
Dalam tingkat formal, budaya merupakan sebuah tradisi atau kebiasaan yang dilakukan oleh suatu masyarakat secara turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Pada tingkatan informal, budaya banyak diteruskan oleh suatu masyarakat dari generasi ke generasi berikutnya melalui apa yang didengar, dilihat, dipakai, dan dilakukan tanpa diketahui alasannya mengapa hal itu dilakukan.
Padatingkat teknis, bukti-bukti dana turan-aturan merupakan hal yang paling penting. Sehingga terdapat penjelasan logis mengapa sesuatu harus dilakukan dan yang lain tidak boleh dilakukan.Keberadaanbenda-benda masa lampau yang kini dikonsepkan sebagai benda cagar budaya dapat menunjukkan pada kita dan pada generasi mendatang tentang beragam informasi yang terjadi pada masa lampau. Benda cagar budaya tidak dibiarkan menjadi benda mati belaka, tetapi dirawat dan dipelihara beserta lingkungannya sehingga memiliki daya tarik dan nilai jual.
Menyingkapi terjadinya kerusakan situs cagar budaya melalui kesadaran lokal, maka yang harus dilakukan pemerintah memberikan penyuluhan secara berkesinambungan memberikan pelatihan dan ketarampilan terhadap pengembangan usaha pahat patung dalam meningkatkan dan sekaligus ikut dalam mempromosikan cagar budaya di masyarakat luar daerah bahkan manca negara. Mengadakan pendekatan sosial melalui peran tokoh masyarakat dalam ikut menanamkan kesadara masyarakat dalam melestarikan cagar budaya, Serta perlunya penegakan supremasi hukum terhadap siapapun yang melanggar dan merusak cagar budaya yang menjadi aset daerah. Di dalamkerangkakesejarahan, kitamemandangmanusiahidupdalamduadimensi, yaknisebagaipasiendanpelakusejarah.Keberadaan museum Trowulanbagiaspekpendidikanmemberikankontribusi yang sangatbesar. Di dalam museum TrowulanterdapatberbagaipeninggalanMajapahitdanbukti-buktikebesaranMajapahit. Museum ini dapat memberikan pengetahuan dari peninggalan-peninggalan yang ada. Masyarakat dan khususnya para pelajar dapat mempelajari peninggalan-peninggalan di museum untuk di kembangkan dan merekonstruksi kehidupan. Majapahit pada masa lalu. Sehingga dapat di ketahui corak pemerintahan, kehidupan social dan budaya Majapahit. Majapahit merupakan kerajaaan terbesar di Nusantara dan wilayahnya hampir seluruh wilayah Negara kita dan mencakup negara-negara tetangga seperti Singapura, Malaysia dan lain-lain. Kejayaan Majapahit memberikan kebanggaan bagi kita dan memberikan semangat untuk menjadi bangsa yang besar. Hal ini memberikan dampak positif bagi dunia pendidikan bahwa negara kita dahulu merupakan Negara yang besar yang memiliki kekuasaan yang luas.Selain itu Museum Trowulan harus terus dilestarikan memiliki nilaisejarah yang tinggi terutama sejarah Majapahit yang merupakan kerajaan terbesar di Nusantara. Museum Trowulan memberikan nilai-nilai edukatif yang sangat bermanfaat bagi generasi penerus bangsa agar mengetahui kebesaran Majapahit. Dengan demikian keberadaan museum Trowulan harus di jaga bersama untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya.
III. SISTEM RELIGI
Sistem religi selalu dikaitkan dengan kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat setempat, penelitian yang kami lakukan di Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto membawa hasil bahwa penduduk desa setempat menganut system religi islami dan hanya beberapa yang menganut sistem religi budha itupun hanya dari pendatang saja. Dari penduduk asli desa setempat tidak ada yang beragam Budha, mayoritas beragama Islam meskipun kental dengan kebudayaan budha.
Kegiatan religi Islam yang dilakukan disana yaitu pengajian dan hadrah. Sedangkan kegiatan religi Budha yaitu peringatan houl kematian. Selain itu penduduk yang beragama budha mengadakan kegiatan di hari besar , yaitu seperti Hari Raya Waisak. Kegiatan di hari Raya Waisak yaitu sembahyang, memberikan sesajen, berdoa sambil mengelilingi patung budha tidur.
Masyarakat di dataran rendah sangat beraneka-ragam bentuk kebudayaan serta adat-istiadatnya. Masyarakat dataran rendah dapat didefinisikan sebagai masyarakat yang ditandai dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama anggota warga desa sehingga seseorang merasa diri nyamerupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat tempat dia hidup, serta rela berkorban demi masyarakatnya, saling menghormati, serta mempunyai hak dan tanggungjawab yang sama di dalam masyarakat terhadap keselamatan dan kebahagiaan bersama. Adapun ciri-ciri masyarakat dataran rendah antara lain; Setiap warganya mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan warga masyarakat di luarbatas-batas wilayahnya.
Pada masa Kerajaan Majapahit berkembang agama Hindu Syiwa dan Buddha. Kedua umat beragama itu memiliki toleransi yang besar sehingga tercipta kerukunan umat beragama yang baik. Raja HayamWuruk beragama Syiwa, sedangkan Gajah Mada beragama Buddha. Namun, mereka dapat bekerja sama dengan baik.
Rakyat ikut meneladaninya, bahkan Empu Tantular menyatakan bahwa kedua agama itu merupakan satu kesatuan yang disebut Syiwa–Buddha. Hal itu ditegaskan lagi dalam Kitab Sutasoma dengan kalimat Bhinneka Tunggal Ika Tan Hana Dharmma Mangrwa. Artinya, walaupun beraneka ragam, tetap dalam satu kesatuan, tidak ada agama yang mendua.Urusan keagamaan diserahkan kepada pejabat tinggi yang disebut Dharmmaddhyaksa. Jabatan itu dibagi dua, yaitu Dharmmad dhyaksa Ring Kasaiwan untuk urusan agama Syiwa dan Dharmmaddhyaksa Ring Kasogatan untuk urusan agama Buddha. Kedua pejabat itu dibantu oleh sejumlah pejabat keagamaan yang disebut dharmmaupatti. Pejabat itu, pada zaman HayamWuruk yang terkenal ada tujuh orang yang disebut sang upattisapta. Di samping sebagai pejabat keagamaan, para upatti juga dikenal sebagai kelompok cendekiawan atau pujangga. Misalnya, Empu Prapanca adalah seorang Dharmmaddhyaksa dan juga seorang pujangga besar dengan kitabnya Negarakertagama.Untuk keperluan ibadah, raja juga melakukan perbaikan dan pembangunan candi – candi.
IV. SISTEM TEKNOLOGI
Dapat kita ketahui bahwa sebelum adanya teknologi yang berkembang secara cepat, secepat penyebaran informasi pada zaman sekarang bahwa masyarakat. Desa Trowulan masih memiliki tradisi yang sangat kental dari peninggalan kerajaan-kerajaan Majapahit dulu,seperti adanya kegiatan syukuran dipemakaman,atau ditempat-tempat yang dianggap keramat,serta pohon-pohon besar yang dianggap keramat atau biasa disebut Andil. Masyarakat setempat melakukan syukuran tersebut untuk meminta keselamatan jika Desa tersebut mengalami sebuah masalah yang berhubungan dengan berbaumistik.Kelancaran jika desa tersebut akan melaksanakan suatu acara baik perkawinan, khitanan, atau pun memperingati hari kelahiran desa tersebut. Kepercayaan terhadap kegiatan itu akan mendatangkan rejeki jika orang tersebut percaya dengan kekuatan- kekuatan yang bisa terwujud.
Tidak hanya demikian,namun interaksi masyarakat Desa Trowlan sebelum adanya perkembangan teknologi yang masuk di wilayahnya,masyarakat sangat akrab, dalam bahasa Sosiologi disebut Gemeinscaft atau Paguyuban, paguyuban adalah kelompok atau kehidupan bersama dimana para anggotanya diikat oleh suatu hubungan batin yang murni, bersifat alamiah dan kekal, dan didasarkan pada perasaan cinta atau perasaan batin yang kuat.
Sistem teknologi yang digunakan oleh masyarakat budha masih menggunakan sistem tradisional. Dalam acara yang dilakukan oleh masyarakat Budha terutama dalam hal acara adat. Melakukan upacara memperingati hari kematian (haul) dilakukan dengan sederhana. Desa Bejijong, Kecamatan Trowulan, Kabupaten Mojokerto yang terletak cukup jauh dari daerah Kota. Lokasi menuju Trowulan pengunjung akan merasakan nuansa kebudayaan Budha. Bangunan yang ada disamping rumah dengan arsitektur jaman Majapahit akan dijumpai. Walaupun masyarakat Trowulan tidak beragama Budha tetapi bangunan yang didirikan atas bantuan pemerintah kota sudah disetujui oleh masyarakat.
Masyarakat di kecamatan Trowulan tidak terlalu terbelakang, berbagai macam masyarakat dari berbagai sistem pencaharian yang berbeda banyak yang menggunakan tekhnologi modern yang bisa digunakan dalam mempermudah kegiatan sehari-hari bahkan mendapatkan berbagai informasi dari tekhnologi yang sering digunakan.
Masyarakat di kecamatan Trowulan tidak terlalu terbelakang, berbagai macam masyarakat dari berbagai sistem pencaharian yang berbeda banyak yang menggunakan tekhnologi modern yang bisa digunakan dalam mempermudah kegiatan sehari-hari bahkan mendapatkan berbagai informasi dari tekhnologi yang sering digunakan.
Arus yang mengalir dengan deras pada kemajuan teknologi komunikasi dan informasi menyebabkan terjadinya pada perubahnya nilai – nilai pelestarian dan ciri khas budaya yang terdapat pada suatu daerah yang sudah ada sejak dahulu kala. Banyak sekali penyebaran dan masuknya kebudayaan atau kebiasaan dari negara lain yang masuk ke dalam kebudayaan Indonesia. Penyebab yang terjadi dari keadaan tersebut dikarenakan luasnya pengetahuan yang didapat oleh perkembangan media teknologi komunikasi dan informasi, dapat merubah nilai-nilai serta memberikan kesalahan persepsi terhadap keyakinan dan anutan yang tersebar luas di masyarakat .
Berbagai macam perpaduan yang ada dalam masyarakat tidak hanya dalam masyarakat yang beragama hindu budha tetapi masyarakat yang muslim juga mendominasi dalam perkembangan teknolgi ini . Untuk kegiatan keagamaan sitem yang dianut hindu budha masih menggunakan sistem tradisional , karena dalam sistem tradisional semua alat-alat yang digunakan dalam beribadah menggunakan dupa, sesajen , buah-buahan yang tediri dari alam. Berbeda dengan masyarakat yang dominan muslim sudah menggunakan tekhnologi yang ada contohnya mengunakan aplikasi yang ada pada gadget berupa al-quran terjemahan online serta aplikasi adzan dan yang lainnya. Tetapi untuk kegiatan keagaaman yang dianut agama kristen, hindu, budha serta protestan masih menggunakan tekhnologi manual yang harus datang langsung ketempat peribadatan .
Dari waktu ke waktu perkembangan teknologi dapat dimanfaatkan dalam penyebaran informasi serta pengadaan hari-hari besar yang mengundang seluruh umat hindu budha untuk bersama- sama mengadakan ritual secara menyeluruh baik diseluruh penjuru Indonesia maupun sampai keluar negeri. Pemanfaatan teknologi sebagian oleh masyarakat yang bukan tetgolong seperti pendeta , karena berbagai orang-orang yang mengabdikan diri sebagai kegiatan keagamaan atau bitsu hanya mendekatkan diri kepada pencipta.Teknolgi yang digunakan juga tidak selamanya menggunakan alat, tetapi untuk pemakaman atau pembakaran mayat yang menggunakan alat untuk menyegerakan dalam membakar jenazah, tidak hanya seperti kayu bakar, sekarang mulai menggunakan gas serta teknologi pembakar agar dapat mempercepat dan menghemat kayu bakar mengifesienkan waktu yang digunakan dalam pembakaran mayat. Sehingga dalam kegiatan keagamaan, kegiatan adat maupun tradisi yang dianut oleh masyarakat menggunakan teknologi tidak merubah tradisi yang dilakukan secara turun temurun.
V. MATA PENCAHARIAN
Mata pencaharian penduduk pasti tidak lepas pendidikan yang dimiliknya, sebagian besar warganya bermata pencaharian petani dan pengrajin batu bata. Pada Desa Bejijong Kecamatan Trowulan Mojokerto di tempat pariwisata Mahavihara Majapahit (Budha Tidur) warga sekitar tempat tersebut banyak sekali berjualan pernak-pernik, jajanan, makanan, oleh-oleh, bahkan sebelum sampai ke tempat wisata Buddha Tidur kita dapat melihat pinggir-pinggir rumah warga sekitar terdapat patung budha yang sangat berbagai macam.
Sedari dulu di Trowulan adalah kawasan yang subur, letaknya di pinggiran sungai brantas membuat lahan pertanian diusahakan sepanjang musim, selain bertani, masyarakat Trowulan juga mengembangkan seni kerajian dari tanah liat, batu dan logam sebgai mata pencaharian.Di Trowulan juga terdapat banyak industri pembuatan batu bata sebagai salah satu bahan pokok bangunan tempat tinggal, industri ini bisa ditemui hampir setiap sudut desa di Trowulan.Kerajinan memahat batu, mengolah logam dan pembuatan terakota juga banyak ditemukan di kawasan ini terutama di Desa Bejijong.Dan warisan dari nenek moyang terdahulu masih terpelihara sampai kini di Trowulan.
Mata pencaharian penduduk sebagian besar cenderung ke arah lapangan usaha perdagangan, angkutan, industri pengolahan dan jasa pariwisata. Potensi sub sektor peternakan di Kota Mojokerto masih sangat mungkin untuk dikembangkan mengingat kebutuhan daging untuk masyarakat Mojokerto dan sekitarnya sangat tinggi.Untuk meningkatkan jumlah populasi ternak, baik ternak besar maupun ternak kecil perlu dikembangkan pola-pola kemitraan yang terkait dengan pihak swasta. Lahan budidaya perikanan di Kota Mojokerto seluas 16,5 ha sedangkan yang dikelola baru 6,1 dengan demikian baru sebagian kecil yang dapat dieksploitasi.
Perairan umum yang terdiri dari sungai, sawah yang dapat dimanfaatkan untuk perikanan seluas 10,6 ha, sedangkan waduk seluas 1,1 ha. Pada saat ini berkembang pula petani penangkar bibit ikan lele yang dapat membantu ketersediaan bibit lele di wilayah Kota Mojokerto.
Beberapa produk unggulan wilayah ini antara lain industri sepatu dan sandal kulit, kerajinan dari gips, kerajinan bambu, miniatur perahu layar, industri pengecoran aluminium untuk peralatan masak, batik, konveksi dan bordir, dan beberapa industri makanan.
Kota yang juga dikenal dengan makanan khas onde-ondenya itu mempunyai tiga lokasi wisata yang diunggulkan. Ketiga lokasi wisata itu antara lain Tempat Pemandian Tirta Suam, Kawasan Wisata Air Kali Barantas, dan Pemandian Sekarsari. Mayoritas mata pencarian penduduk bergerak dibidang pertanian dan pengajin Patung. Permasalahan yang sering muncul berkaitan dengan mata pencaharian penduduk adalah tersedianya lapangan pekerjaan yang kurang memadai dengan perkembangan penduduk sebagaimana tertuang dalam perencanaan pembangunan daerah Kabupaten Mojokerto.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pembangunan desa adalah melakukan usaha perluasan kesempatan kerja dengan melakukan penguatan usaha kecil pemberian kredit sebagai modal untuk pengembangan usaha khususnya di bidang perdagangan.Sebenarnya, tidak dipungkiri juga bahwa industri manufaktur modern juga mulai menunjukkan pengaruhnya, ada pergeseran pola pikir dan kenyataan yang tak bisa dihindari masyarakat bahwa pabrik beroperasi di sekitar mereka, ini menjadi tantangan tersendiri bagi mereka untuk mempertahankan nilai-nilai dan tradisi lama agar tetap memberikan manfaat atau mengikuti arus industry modern yang pelan-pelan menggerogoti warisan budaya mereka.
VI. KESENIAN
Beberapa kesenian yang masih dilakukan serta dilestarikan oleh masyarakat di Mojokerto :
1) Seni Bantengan.
Kesenian rakyat Bantengan berasal dari Kecamatan Pacet tepatnya di desa Made yang dahulunya merupakan desa yang berdekatan dengan lereng Gunung Welirang. Konon kawasan hutan tersebut banyak hidup bermacam-macam hewan liar termasuk diantaranya Banteng yang saat ini sudah punah. Pada saat itu, seorang penduduk desa Made yang bernama Paimin tengah memasuki hutan dan mendapatkan seonggok kerangka Banteng yang masih lengkap. Kerangka Banteng itu dengan susah payah dibawah pulang dan dibersihkan kemudian ditempatkan di salah satu tempat rumahnya.Dari kejadian itu Paimin mendapat inspirasi untuk mengenang satwa Banteng dengan sebuah atraksi Atraksi itu dimainkan dua orang, 1 orang didepan memainkan kepala dan sekaligus sebagai kaki depan dan 1orang dibelakang sebagai pinggul sekaligus sebagai kaki belakang. Antraksi gerakannya menggambarkan, gerakan – gerakan dan sikap banteng sewaktu sedang berkelahi. Untuk menyemarakkan atraksi itu dilengkapi dengan musik terbang dan jidor. Dalam atraksi ditampilkan banteng sedang berlaga dengan satwa lain seperti harimau, kera dan burung bahkan mulai dikembangkan dengan kesenian pencak silat dan barongsai.
2) Pakaian Adat Pengantin Mojoputri
Tata rias Pengantin Mojoputri sekar kedaton diangkat dari hasil penelitian sejarah. Busana Pengantin Mojoputri merupakan hasil akulturasi budaya yang berkembang sejak abad 13 hingga kini. Ciri yang mencolok, tata rias ini mengikuti corak dandanan jaman Mojopahit, jaman kebesaran Islam Demak, Mataram dan jaman penjajahan Belanda.
3) Upacara Adat Temu Manten Mayang Kubro
Upacara adat ini diangkat dari perpaduan antara nilai tradisi Jawa atau Mojopahit dengan nilai Islami. Kata Mayang diambil dari kebesaran nama Raden Wijaya pada saat penobatan menjadi raja Mojopahit menggunakan mahkota dengan nama mayang mekar. Kubro bermakna agung, biasa dikaitkan dengan kegiatan ritual yang bernuansa Islam. Upacara adat Mayang Kubro di Kabupaten Mojokerto ini telah berhasil menjadi penyaji terbaik pada festival upacara adat se Jatim di Surabaya.
4) Ujung
Kesenian Ujung tumbuh menjadi kesenian rakyat sebagai visualisasi perjuangan Raden Wijaya, pendiri Kerajaan Majapahit, pada saat mengalahkan bala tentara Tartar. Dalam atraksi kesenian ujung, dua orang petarung atau lebih melakukan aksi saling cambuk satu sama lain menggunakan rotan. Pertarungan dilakukan secara sportif dan dalam suasana bersahabat meski terkadang sampai bercucuran darah. Rotan adalah simbol senjata “Sodo Lanang” yang digunakan Raden Wijaya dalam pertempuran melawan bala tentara Tar-tar.
Pertunjukan seni ujung sendiri biasa digelar saat ada hajatan baik ruwat desa, acara pernikahan maupun khitanan.Selain itu, seni ujung konon juga dipercayai bisa mendatangkan hujan saat kemarau panjang yang menyebabkan kekeringan hingga sulitnya mendapatkan air bersih lantaran sumber mata air sudah tak berfungsi lagi.
5) Grebeg Suro Majapahit
Tradisi tahunan yang dilaksanakan setiap tanggal 1 Suro kalender Saka. Tradisi ini di pelopori oleh Yayasan Among Tani. Rangkaian kegiatannya antara lain : Ziarah ke makam leluhur dan pahlawan, pentas kesenian dan makanan rakyat, grebeg suro (arak-arakan dengan kostum era kejayaan Majapahit dan ditutup dengan pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
Tradisi Grebeg Suro secara keseluruhan dimaksudkan sebagai bagian dari ruwat agung bagi bumi nusantara. Selama proses Ruwatan, warga dilarang kemana-mana dimana maksud dari ruwatan untuk mendapatkan kesejahteraan desa. Diiringi musik gamelan yang mengiringi kedatangan rombongan pembawa tumpeng dengan pakaian khas yang beriringan , ada beberapa kelompok yang ikut serta dalam barisan panjang. Setiap kelompok memiliki tema sendiri untuk kostum yang mereka kenakan mewakili dari berbagai kalangan baik dari petani, nelayan, pamong desa sertta para pelajar.Tampilan para pengikut acara dimulai dari tampilan gadis berpakaian petani yang menyimbolkan kesuburan dan kemakmuran. Kemudian ada pula rombongan delapan pemuda yang membawa liong-liong atau naga yang biasa digunakan sebagai tradisi etnis Tionghoa sebagai lambang keagaan yang berpartisipasi.
VII. SISTEM MASYARAKAT DI DAERAH VIHARA MOJOKERTO
Dalam kegiatan bermasyarakat atau berinteraksi kuhsusnya di daerah vihara budha yang ada di kota Mojokerto Trowulan umumnya sama dengan kegiatan masyarakat lainnya di luar kota tersebut. Agama Budha termasuk agama minoritas yang ada di daerah tersebut kebanyakan ditempati orang-orang islam, namun hebatnya masyakarat disana sangat menghormati dengan adanya vihara budha atau tempat beribadah tersebut. dalam system masyarakat atau kegiatan sosial yang dilakukan oleh pihak Vihara, banyak sekali kegiatan sosial yang diselenggarakan disana dan kegiatan tersebut sangat menguntungkan bagi pihak masyarakat disekitar tersebut, mungkin kegiatan tersebut merupakan bentuk rasa terima kasih terhadap masyarakat mayoritas dengan menerima Vihara sebagai tempat beribadah orang-orang budha. Contoh dari kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak Vihara yaitu Bakti Sosial yand di dalamnya terdapat pengobatan gratis yang ditujukan khususnya kepada masyarakat di sekitar vihara jadi masyarakat bisa mendapat semua itu dengan gratis dan juga sekaligus dapat mendonorkan darahnya kepada pihak vihara yang akan disalurkan kepada pihak rumah sakit dan sebagainnya terus ada juga kegiatan yang yang lain seperti gotong royong dan lain sebagainya tidak jauh beda dengan daerah yang lain, namun ada pula kegiatan dari luar organisasi masyarakat seperti kegiatan yang dilakukan SMK Sanwis Surabaya, Bali, dan dari Surabaya sunan ampel banyak sekali kegiatan yang melibatkan vihara budha ini. Vihara budha mojokerto memang agama minoritas namun tempat ini sudah dikenal keberbagai penjuru nusantara ini artinya banyak pengunjung yang sudah pernah mengunjungi tempat ini menurut saryono yaitu yang mengurus tempat vihara terbilang 10.000 ribu orang yang sudah tercatat dan bahkan lebih dari itu. Adapun sejarah dan kebudayan masyarakat mojokerto yaitu dari bermulanya kerajaan mojopahit.
Dengan melihat sinyal pada pasal-pasal dua Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 22/Tap/Kdh/1973 tanggal 12 September 1973, bahwa Ketetapan tentang hari jadi tersebut bersifat sementara, maka pada masa kepemimpinan Bupati Mojokerto H. Mahmoed Zain, SH, M Si sejak awal menjabat, mulai mengadakan pendekatan, mengingat hari jadi Kabupaten Mojokerto yang telah ditetapkan pada Mojokerto yang mempunyai akar sejarah berkaitan erat dengan kebesaran Kerajaan Mojopahit. Maka mulailah dilakukan berbagai upaya untuk menelusuri hari jadi Mojokerto yang lebih berakar kepada perjuangan para pendahulu bangsa ketika pada saat kejayaannya, untuk dijadikan semangat dalam membangun dan mengabdi kepada Negara dan Bangsa saat ini serta dapat memberikan gambaran untuk mampu memberikan loncatan prestasi dimasa mendatang dengan menggali potensi.
Upaya pendekatan tersebut antara lain :
Upaya pendekatan tersebut antara lain :
1. Pada tanggal 20 Agustus 1991 dilaksanakan “Seminar Sehari” dengan thema “Kabupaten Mojokerto Menyongsong Hari Esok.
2. Pada tanggal 8 September 1992, dilaksanakan simposium Menyongsongg Tujuh Abad Mojopahit, yang dihadiri oleh Bapak Sekjen Depdagri, Gubernur Kepala Daerah tingkat I Jawa Timur, Javanologi Surabaya, Pakar-pakar sejarah baik yang datangnya dari Kabupaten Mojokerto sendiri maupun dari luar daerah.
2. Pada tanggal 8 September 1992, dilaksanakan simposium Menyongsongg Tujuh Abad Mojopahit, yang dihadiri oleh Bapak Sekjen Depdagri, Gubernur Kepala Daerah tingkat I Jawa Timur, Javanologi Surabaya, Pakar-pakar sejarah baik yang datangnya dari Kabupaten Mojokerto sendiri maupun dari luar daerah.
3. Disamping itu, berbagai pihak telah memberikan sumbang saran seperti dari kalangan Cerdik Cendikiawan, dari perguruan tinggi dari instansi baik yang datangnya dari Kabupaten Mojokerto sendiri maupun dari luar daerah.
4. Pembentukan Tim Penulisan Sejarah dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor 438 Tahun 1992 tentang Pembentukan Tim Penulisan Sejarah Mojokerto.
Dengan memperhatikan rentetan peristiwa yang terjadi maka dapat ditetapkan 8(delapan) alternatif untuk dipertimbangkan sebagai Hari Jadi Mojokerto yaitu :
Dengan memperhatikan rentetan peristiwa yang terjadi maka dapat ditetapkan 8(delapan) alternatif untuk dipertimbangkan sebagai Hari Jadi Mojokerto yaitu :
1. Pertemuan antara Perdana Menteri Mojopahit, Shi – nan – da – cha – ya dengan shih-pi, Panglima tertinggi pasukan Tar-Tar, dapat dipandang sebagai wujud pengakuan diplomatik atas Negara berdaulat dalam rangka kerjasama Internasional untuk menyerang Doho. Hal ini akan mengacu pada tanggal 1 bulan ke 3 Tarikh Cina atau tanggal 8 April 1293.
2. Pada saat Raden Wijaya mulai mengatur strategi untuk melawan pasukan Tar-tar, saat ia memperoleh ijin dari kota Kediri ke Mojopahit pada tanggal 2 bulan ke 4 Tarikh Cina. Titik waktu ini merupakan titik awal kemenangan diplomatik dan militer dipihak Raden Wijaya, karena mulai saat tersebut secara bertahab ia berhasil mengalahkan pasukan Tar-Tar. Dalam Tarikh Masehi peristiwa tersebut adalah tanggal 9 Mei 1293.
3. Titik waktu tentara Mojopahit memperoleh kemenangan total terhadap pasukan Tar-tar. ini berarti mengacu pada keputusan pimpinan pasukan Tar-tar untuk meninggalkan Pat-shieh, pada tanggal 24 bulan 4 Tarikh Cina atau tanggal 31 Mei 1293. Titik waktu ini ditetapkan sebagai Hari Jadi Kota Surabaya.
4. Titik waktu penobatan Raden Wijaya sebagaimana diceritakan pada Kitab Harsa Wijaya atau Titik waktu penerbitan Prasasti Gunung Botak
5. Dari Khasanah Kidung, juga menunjukkan titk waktu peristiwa penting dalam sejarah Mojopahit.
6. Dari khasanah prasasti juga ditemukan titk waktu peristiwa yang erat kaitannya dengan sejarah
Mopahit. Kidung Harsa Wijaya menyebutkan bahwa Penobatan Raden Wijaya sebagai Raja Terjadi pada tanggal 12 Nopember 1293 (1215 C). Titik waktu ini dikemudian dikenal sebagai Hari Mojopahit. Prasasti Gunung Botak yang diterbitkan pada tanggal 11 September 1294 memberitakan secara panjang lebar riwayat Rajakuta Mojopahit.
7. Perjanjian Gianti yang tangani pada tanggal 13 Pebruari 1755.
8. Saat ditanda tangani penyerahan Kabupaten Japan pada tanggal 1 Agustus 1812 oleh Kesultanan Jogyakarta kepada Perintah Inggris di Jawa.
Selanjutnya setelah melalui proses pembahasan didalam sidang-sidang Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Mojokerto, mengenai Hari Jadi Kabupaten Mojokerto telah disepakati bahwa Hari Jadi Kabupaten Mojokerto adalah tanggal 9 Mei 1293 Masehi, dengan Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Nomor : 09 Tahun 1993 tanggal 8 Mei 1993, tentang persetujuan Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto, maka Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Mojokerto saat itu H. Mahmoed Zain, SH mengeluarkan Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto Nomor : 230 Tahun 1993 tanggal 8 Mei 1993 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto.
Dari uraian-uraian tersebut diatas disimpulkan bahwa :
Dengan tidak diberlakukannya Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto tanggal 12 September 1973 Nomor : 22/TAP/Kdh/1973 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto, maka Hari jadi Mojokerto adalah tanggal 09 Mei 1293 Masehi yang selanjutnya ditetapkan sebagai Hari jadi Kabupaten Mojokerto.
Dengan tidak diberlakukannya Surat Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Mojokerto tanggal 12 September 1973 Nomor : 22/TAP/Kdh/1973 tentang Penetapan Hari Jadi Kabupaten Mojokerto, maka Hari jadi Mojokerto adalah tanggal 09 Mei 1293 Masehi yang selanjutnya ditetapkan sebagai Hari jadi Kabupaten Mojokerto.